Bahaya Tensi Rendah, Darah Rendah, Kurang Darah, Anemia Saat Hamil - Semua wanita pasti ingin kehamilan sehat sampai datangnya waktu persalinan yang dinantikan. Terutama mereka yang sudah merencanakan proses normal, tentu ingin fisiknya fit terus supaya kuat nantinya saat hari-H tiba. Selain itu, mereka berharap bayi yang di kandungan tetap sehat tanpa masalah apa pun.
Sayangnya tidak semua ibu dan bayi bernasib beruntung. Tidak sedikit ibu dan bayi yang harus berjuang lebih keras daripada ibu lainnya. Salah satu masalah yang sering sekali dialami oleh ibu hamil adalah anemia.
Begitulah yang ditakutkan pasien saya yang datang di akhir pekan awal Oktober 2021 lalu. Riwayat penyakit anemia dia memang sudah panjang. Bahkan, untuk berani hamil pun baru dia niatkan setelah 5 tahun menjalani pernikahan.
Dia satu dari sekian banyak pasien saya yang betah mengobrol. Suaranya yang empuk, nada suara yang ramah, serta kecerdasannya terlihat dari kata-kata terpilih yang terlontar setiap kali dia berkonsultasi.
"Apa risikonya kalau saya melahirkan nanti, Dok?" Cemas terasa dari nada bicaranya. Saya menduga dia sudah banyak membaca risiko ibu dengan anemia untuk melahirkan.
"Persalinan normal atau sebaiknya istri saya menjalani bedah sesar ya, Dok?" suaminya yang tegap berkulit bersih ikut menimpali.
Demikianlah kekhawatiran itu sulit untuk mereka tepis.
Memang, penyakit anemia termasuk penyakit familiar yang sering dialami oleh orang-orang, yang akhirnya jadi sering disepelekan. Padahal untuk konteks ibu hamil, penyakit ini bisa berbahaya bukan hanya untuk bumil tapi juga untuk bayi di kandungan. Sehingga sebaiknya jika sudah menemukan gejalanya bumil segera berkonsultasi ke dokter kandungan.
Idealnya ibu dengan kehamilan sehat mempunyai cukup kadar hemoglobin di dalam sel darah merahnya. Hemoglobin sangat penting karena itu yang akan mengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh, termasuk ke dalam otak.
Tapi di kasus orang yang mempunyai penyakit anemia, hemoglobinnya kurang banyak. Jadi, otomatis itu akan menghambat suplai oksigen ke tubuh, termasuk ke otak.
Bayi di dalam kandungan ibu yang memiliki riwayat sakit anemia berpotensi sekali terhambat pertumbuhannya. Bukan hanya berpotensi lahir kecil, tapi juga prematur. Karena anemia membuat ibu hanya menyuplai sedikit oksigen untuk janinnya. Sedangkan tumbuh kembang si janin tergantung sekali akan kadar oksigen itu.
Hampir sama beresiko, anemia juga bisa berdampak fatal untuk ibu. Bumil bukan hanya berpotensi lebih lama melalui persalinan, tapi juga berpotensi keguguran atau pendarahan. Jika tidak langsung mendapatkan tranfusi darah, ibu bisa meninggal karena kehabisan darah.
Umumnya anemia pada ibu hamil disebabkan faktor-faktor ini:
* Umur
Bumil yang umurnya kurang dari 20 atau lebih dari 35 lebih berisiko anemia.
* Kurang asupan kalori
Ibu yang lingkar lengan atasnya kurang dari 23,5 cm mengindikasikan akan kekurangan energi dan protein. Mereka juga lebih berpeluang terkena anemia.
* Jarak Kehamilan
Ibu butuh untuk memulihkan kondisi fisiknya paska melahirkan, termasuk salah satunya mengembalikan kadar zat besi. Jika jaraknya terlalu dekat, kandungan setelahnya yang akhirnya kekurangan zat besi (anemia).
* Infeksi atau Penyakit
Memang bisa jadi penyakitnya tidak berdampak fatal ke ibu, tapi untuk janin bisa jadi sangat serius, entah itu berpotensi cacat atau bahkan mati di dalem kandungan. Bumil yang terinfeksi penyakit akan kekurangan cairan dan zat besi yang akhirnya anemia.
Ibu pasti tidak mau kan hal-hal itu terjadi? Ini nih gejala-gejala anemia yang penting untuk diperhatikan.
* Cepat lelah dan lesu
* Kulit pucat
* Sakit kepala
* Denyut jantung tidak teratur
Jadi jika sudah mulai merasakan, bisa segera konsultasi ke dokter.
Gejala-gejala itu sering sekali disepelekan oleh bumil karena mirip dengan gejala kehamilan umum. Padahal jika dibiarkan berlarut bisa bertambah parah. Daripada menduga-duga saja, lebih baik bumil langsung konsultasi ke dokter untuk didiagnosa lebih lanjut supaya bisa tetap merasakan kehamilan sehat.
Secara umum, supaya bumil terhindar dari masalah anemia, mereka bisa menjalani treatmen asupan zat besi. Ibu bisa mengonsumsi suplemen zat besi, tapi jika merasakan efek samping harus segera konsultasi ke dokter.
Selain itu, juga bisa dari asupan makanan-makanan yang banyak mengandung zat besi, misal ikan, daging, sayur berwarna hijau gelap, kacang-kacangan dan telur. Terakhir, konsumsi juga suplemen vitamin C supaya zat besi lebih mudah terserap dan kehamilan sehat terus.
Semoga informasi anemia pada ibu hamil ini membawa manfaat. Kami dari klinik GoMem siap untuk menjawab pertanyaan Anda. Tulis saja di kotak komentar ya.